Posts

Showing posts with the label Cerpen

Parenting, never ending learning

Image
3 bocah dirumah ini beda aliran kecerdasannya. Els, 9y Dari sejak dia kecil pertanyaan2 dia lebih ke arah spiritual. Seperti bagaimana bisa ada Tuhan? Kenapa bisa ada iblis? Kalau Tuhan itu baik kenapa kita harus takut sama Tuhan? Kenapa ada orang jahat? Kenapa harus ada sesuatu yang bertolak belakang diciptakan? Kenapa bisa ada gelap? Atau segala jenis konsep penciptaan dan fungsinya. Pertanyaan2 tentang hidup setelah kematian. Filsafat dan filosofi yang susah susah pokoknya. Semua dia pertanyakan.  Allen, 7y Kalau Allen ini lebih ke Naturalis. Hewan  tumbuhan, alam, lingkungan dia tertarik. Pertanyaannya itu seperti proses kelahiran, proses bernafas, proses berkembang biak, perbedaan hewan dan manusia secara detail, kenapa harus ada hewan buas? Atau "air di bumi ini bisa habis gak sih? Jumlahnya selalu sama atau nanti suatu saat akan habis?" Lalu dia mulai merunut air dari sumbernya, ke pemakaiannya dia kira2 kemana saja, lalu dia perkirakan jumlah air yg terpakai dan yang

Bangku Pojok Sekolah

Image
Pic from google “Hei, kamu gak ke sekolah hari ini?” Nada mengetik sebuah pesan di gawainya “gak. lagi ada keperluan. maaf ya” sebuah pesan balasan muncul Nada mendesah, kecewa “Oh, Oke. See you next week ya”  sebuah balasan langsung muncul kembali “oke”  Nada menghela nafas panjang. Sekolahan hari ini jadi terasa begitu membosankan.  Ia mulai membuka facebook, menghalau perasaan aneh yang muncul menyelinap di hatinya.  Apa ini? Rindukah? Rindu yang tak seharusnya ada. Bagaimana ia bisa merindukan lelaki lain selain suaminya?  “Ahh bel sekolah hari ini terasa panjang sekali” gumam Nada dalam hati sembari melihat jamnya. ————————————————————— 4 bulan lalu pertemuan Nada dengan Rio. Seorang lelaki usia pertengahan, sederhana, bukan tipe lelaki yang akan membuatmu berpaling atau memperhatikan ketampanannya. Biasa saja. Terlalu biasa. Rio sedang duduk di pojok bangku sekolah itu, sendirian asik melihat gawainya. Tapi hanya ada satu tempat duduk tersisa, di

Untukmu yang sedang terbeban berat

Ada waktunya dimana kamu sedang merasa terbeban berat Ingin bercerita, tapi tak seorangpun mau belajar mengerti Ada suatu ruang hampa dalam hatimu yang menuntut untuk diberi perhatian Yang menjadi semakin terasa menyakitkan karena ungkapan "apalagi sih yg kurang? Kamu aja kurang bersyukur" Kamu mencari di sahabatmu, kamu mencari di pasanganmu, kamu mencari diorang-orang yang kamu kasihi Tapi suatu saat mereka mungkin akan mengecewakanmu Lalu kamu akan menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengisi ruang itu Dan kamu hanya bisa menangis sendirian dipojok ruangan gelap Berusaha tidak terlihat oleh siapapun Setelah tangismu mereda, kamu akan kembali keluar Tersenyum seolah tidak ada apa-apa Berusaha terlihat kuat Dan tidak akan ada seorangpun yang tau betapa rapuhnya kamu didalam --------------------- Aku paham... Aku tau rasanya... Jika kamu mau bercerita panggilah aku Maka kita akan saling berbagi Biarkan aku menjadi setitik penyema

Thank you and good bye

Suri menatap layar gawainya tanpa berkedip, meletakkannya kembali, beberapa detik kemudian mengambilnya kembali dan melihat pesan yang tertera disitu, berulang kali ragu akankah harus dibalasnya atau tidak. "Hai, apa kabar?" Hanya itu. Tapi kalimat tanya itu sudah cukup untuk membuatnya kacau seharian. Tidak fokus. Setelah 9 tahun kenapa harus dia muncul lagi disaat seperti ini. Saat yang tepat? Atau justru saat tidak tepat? Ahhh.. ini adalah saat yang tepat untuk kemungkinan paling tidak tepat. Bahkan membayangkannya saja Suri sudah sakit kepala. Nama di gawai itu masih sama, Rendra. Nomer yang sama, yang masih dihapalnya diluar kepala. Wajah di foto profil masih sama dengan ingatannya, hanya mungkin lebih gemuk? Tiba-tiba hatinya berdesir, sekelebat memori lama mulai meruak muncul dalam ingatannya. Dengan cepat digeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghapus memori itu. Suri meninggalkan gawainya. "Aku harus fokus bekerja" ujarnya dalam hati Tring, gawain

Cerpen : Album Kenangan

Image
Kika meniup debu diatas album foto itu. Di tangannya ada buku kenangan semasa kuliah. Buku itu penuh debu,tersimpan di sudut lemari, tertindih dengan buku-buku pelajaran masa kuliahnya. Ahhh.. buku kenangan ini tidak pernah dibuka sejak diterima. Kika mulai membuka halaman demi halaman. Ingatannya melayang ke masa lalu.. masa kuliah. Tidak banyak yang Kika ingat.. rasanya masa kuliah nya berlalu begitu saja. Disaat temannya mengalami jatuh cinta dan putus cinta, mengalami masa-masa remaja yang penuh warna, kika malah harus melewatinya dengan serius agar beasiswanya tidak hilang.  Dengan penghasilan orangtuanya yang hanyalah seorang buruh tidak akan sanggup untuk membayar biaya kuliahnya. Kika bertekad untuk menyelesaikan kuliahnya secepat mungkin dan itu berarti dia tidak boleh memikirkan hal lain selain kuliah. Apalagi pacaran. Sejak awal kika sudah menjaga jarak dengan pria. Lagipula wajahnya juga biasa saja, tidak pernah berdandan. Tidak mencolok. Baginya tidak sulit untuk m

Ayaka

Namanya Ayaka, dinamakan begitu karena kata ibunya dia lahir saat musim panas di Jepang dan arti namanya berarti ceria. Rasanya nama itu cocok sekali untuk Ayaka. Sepanjang ingatanku, sejak 4 tahun lalu saat pertama kali bertemu dengannya sampai saat ini tak pernah aku melihatnya menangis. Senyuman lebar selalu ada di bibirnya. Sesekali wajah itu terlihat merengut kesal atau terdiam merenung tapi tidak pernah terlihat air mata mengalir di pipinya. "Ibumu tu cocok kasih lo nama begitu, ya.. lo kayak happy terus. Gak ada beban hidup kayaknya" "Ada kali mbak, cuma ga keliatan aja. hahaha" tawanya renyah sekali Dia selalu memanggilku mbak, meski usia kami sebenarnya hanya terpaut 3 tahun. Pernah aku memintanya untuk memanggilku dengan nama saja dan dia tidak mau. "Gak sopan ah" ujarnya. Dan kali ini wajah yang selalu tersenyum itu tampak basah oleh air mata di hadapanku. Tanpa sadar aku mulai mengerjapkan mata sekedar memastikan itu adalah air m