Thank you and good bye

Suri menatap layar gawainya tanpa berkedip, meletakkannya kembali, beberapa detik kemudian mengambilnya kembali dan melihat pesan yang tertera disitu, berulang kali ragu akankah harus dibalasnya atau tidak.

"Hai, apa kabar?"

Hanya itu. Tapi kalimat tanya itu sudah cukup untuk membuatnya kacau seharian. Tidak fokus. Setelah 9 tahun kenapa harus dia muncul lagi disaat seperti ini. Saat yang tepat? Atau justru saat tidak tepat? Ahhh.. ini adalah saat yang tepat untuk kemungkinan paling tidak tepat. Bahkan membayangkannya saja Suri sudah sakit kepala.

Nama di gawai itu masih sama, Rendra. Nomer yang sama, yang masih dihapalnya diluar kepala. Wajah di foto profil masih sama dengan ingatannya, hanya mungkin lebih gemuk? Tiba-tiba hatinya berdesir, sekelebat memori lama mulai meruak muncul dalam ingatannya. Dengan cepat digeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghapus memori itu. Suri meninggalkan gawainya.

"Aku harus fokus bekerja" ujarnya dalam hati

Tring, gawainya berbunyi kembali. Kali ini nama "husband" tampak muncul dilayarnya

"Aku pulang telat ya. Masih ada yang harus aku kerjain dulu"

"Ok" jawab Suri dengan singkat. Beberapa bulan terakhir ini hubungan mereka terlalu biasa. Tuntutan pekerjaan masing-masing, membuat Suri dan suaminya tidak mempunyai waktu khusus berdua. Semua berjalan begitu rutinitas, jenuh. Kegiatan pagi, siang, dan malam yang sudah sangat bisa diprediksi berjalan seperti apa. Ada waktu libur, dihabiskan bersama anak-anak. Semua begitu membosankan. Tidak ada keributan, tidak ada kesenangan. Rasanya begitu datar, begitu jenuh. Tentu saja semua berpikir hubungan Suri dan suaminya baik-baik saja. Tidak terlihat apapun bukan? Postingan sosial media mereka masih berdua, masih tertawa, masih begitu harmonis. Di dunia nyata pun mereka hampir tidak pernah terlihat berdebat. Selalu akur, selalu bersama. Terlalu baik untuk dilihat.

Yang orang lain tidak ketahui adalah, bahwa Suri dan suaminya sibuk dengan gawai masing-masing di rumah, bahwa hubungan ranjang mereka hanya karena kebutuhan tanpa membawa luapan cinta didalamnya. Berbicara dengan bahasan keperluan rumah dan anak, bukan lagi bicara dari hati ke hati. Bahwa mereka lebih menjadi seperti sahabat teman berbagi hidup dan bukan lagi pasangan dimabuk cinta.

Suri mengambil gawainya, membalas pesan Rendra
"Baik, kamu apa kabar? Tumben WA"

tidak perlu menunggu lama, langsung ada balasan dari Rendra
"Gak apa-apa. Keinget aja, ternyata nomernya masih sama 😁"

Tidak ada kalimat tanya, jadi tidak ada yang perlu dibalas bukan? 
"Anakmu cantik dan pintar ya seperti mamanya" pesan Rendra muncul lagi

Hah? apa dia stalking facebook? Oh iya kami berteman ya. Suri membalas
"Terimakasih, kamu gimana? pasukan sudah ada?"

Bagaimana aku tahu, dia sepertinya tidak pernah posting apapun di sosial medianya. Terakhir 9 tahun lalu dengan status galau dan patah hatinya.

Rendra membalas "Ada perempuan juga, sudah 2 tahun usianya. Aku beri nama dengan nama orang yang kucintai"

Maksudnya apa ini? Mau pamer siapa yang dia cintai sekarang? Ah, sudah tidak usah dibalas lagi
Balasan selanjutnya membuat Suri terdiam. Perasaan aneh dan memori-memori itu muncul lagi
"Namanya Suriname dan dia lahir sama dengan kamu di bulan Desember"

Suri mengunci gawainya. Berjalan ke kamar mandi dan dengan cepat membasuh mukanya dengan air. Membuka laci diwastafel dan mengeluarkan sebatang rokok disitu dan dengan cepat menghisapnya. Bukan miliknya. Itu tempat persembunyian temannya. Diambil sebatang tidak mengapa bukan?

Dasar setan. Tau saja kapan harus menggodaku. Disaat seperti ini. Sialan
Suri masih memaki dalam hati, berusaha menentramkan hatinya dengan rokok. Tetap saja hatinya makin berdegup kencang, tangannya mulai gemetar dan dia mulai menangis. Seolah ingin melepaskan semua beban yang ada selama ini.

Suri kembali ke ruangannya. Mengambil kembali gawainya dan membalas pesan.
"Istrimu namanya sama kayak aku ya hahaha" berusaha mencairkan suasana, padahal dia tahu yang dimaksud Rendra bukan itu

"Ah, kamu tau kok yang kumaksud, sayang"

"Sayang? Please.. masih belom sembuh? 😂 Inget yg dirumah woi" Suri membalas sambil tersenyum, membayangkan yang diseberang sana juga tersenyum

"Habis maunya menikah sama yang chat ini tapi dia pilih orang lain. Atau mau kita ulang kah?"

Suri terbahak. Rendra yang sama, masih suka menggodanya. Antara serius dan bercanda terkadang Suri tidak bisa membedakannya.
"Gak boleh. Nanti lepasnya susah. Aku sampe harus ke psikolog buat hilanginnya dulu"

"Hah? Serius?"

"kapan aku pernah bercanda soal ginian?" Suri membalasnya

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"kok sampe ke psikolog?"

"Karena tidak baik mempunyai perasaan ke dua orang kan? Rasanya aku kesulitan menghilangkan dirimu dan perasaanku, jadi aku butuh bantuan profesional. Seperti itulah"

"aku juga sama"

"sama apanya?"

"patah hatiku baru sembuh 7 tahun kemudian. Selama patah hati itu aku melakukan hal bodoh. Miras, dunia malam. Apapun yang bisa membuatku lupa sama kamu. Lupa sesaat. Setelah sadar aku ingat kamu lagi. Hahaha. Sampai pernah aku masuk penjara karena mabuk dikomplek dan merusuh"

Bagaimana dia bisa tertawa menceritakan ini? 7 tahun? Selama itukah? Sedalam itukah? 
Suri mengernyitkan dahinya. Kenapa hatinya terasa sakit membacanya.
"Maaf aku tidak tahu kamu sampai begitu. Lalu, istrimu?"

"Aku bertemu dia. Dia menerimaku yang sedang kacau saat itu. Dia mau menikah tapi ternyata dulu tetap aku kesulitan mencintainya lebih dari aku mencintaimu"

"Dulu. Itu berarti sekarang sudah berubah kan?"

"yaaaa mudah-mudahan. Aku masih belajar mencintainya. Tapi hatiku membaik sejak anakku lahir. Rasanya harapan untuk mencintai itu muncul lagi. Aneh bukan, bagaimana seorang anak bisa membuatku begitu merasakan cinta lagi"

Suri tersenyum, membayangkan ada seorang anak perempuan cantik bernama Suriname bermain dan berpelukan bersama Rendra. Hatinya menghangat.

"Good for you.. I'm happy for you. Salam buat kembaranku itu ya"

"Jadi tawaranku ditolak?"

"😂 Stop jangan menggodaku" Suri tergelak.
Ahh betapa kamu tidak tahu bagaimana begitu menggodanya kamu saat ini disituasi saat ini.

"Sampai kapanpun kamu akan tetap mempunyai tempat dihatiku. Inget itu ya"

"Rendraaaaaa hapus chat ini sekarang, sebelum istrimu membacanya dan jadi perang dunia ketiga"

"Kamu bahagia bersamanya, Sayang? Aku siap menjemputmu loh" Rendra masih saja menggodanya

"Ya. Aku bahagia. Baik-baik disana ya,sayang.. terimakasih loh sudah mencintaiku sedemikian besar. Sampai bertemu lagi, kalau masih ada kesempatan. Aku kerja lagi dulu ya"

Ada banyak yang ingin kuceritakan padamu. Tapi bagaimana aku bisa merusak kebahagiaanmu disana bersama keluargamu, ada wanita yang menemanimu disaat terburukmu, saat aku tidak ada. Dia lebih berhak bersamamu. 

Suri menghapus semua pesan Rendra. Menatap foto keluarga yang terpajang dimeja kantornya. Semua wajah penuh senyum disitu. Foto keluarga bahagia. Suri tersenyum, matanya berkaca-kaca.

Ia mengambil gawainya, mengirim pesan kepada suaminya "Sayang, weekend ini boleh gak kita pergi berdua yuk. Sebentar aja. Nanti aku cari siapa yang bisa bersedia menjaga anak kita"

Sebuah pesan masuk
"Ok"

Hanya sebuah pesan singkat, sebuah permulaan, permulaan dari pembaharuan komitmen.
Karena pernikahan bukan hanya sekedar cinta dan sex, tapi juga dari sebuah komitmen bersama.

A Marriage is like home maintenance. When the smoke detector starts beeping, you Fix it. You don't buy a new house.

Comments

Postingan terpopuler

Mesin Jahit Portable Mini S2 bermasalah? Perbaiki sendiri yuk

Resign dari PNS

[Review] Laneige Water Bank series ~ Trial Kit