Mati Rasa (Part 1)



Rasanya sudah cukup lama (mungkin beberapa tahun) aku pernah berkata kepada suami “kok aku kayak mati rasa ya”. Aku tidak bisa menjelaskan tepatnya seperti apa. Tapi semua terasa datar, kosong, hampa.

 

Awalnya kurasa apa aku depresi ya. Tapi depresi tidak seperti ini. Depresi itu perasaan seperti tenggelam, putus asa, jatuh kebawah tanpa ada kekuatan untuk bangkit, mumet, semrawut. Beda dengan yang kurasakan. Ini rasanya tenang, senyap, kosong, seperti saat sedang kondisi tidur tapi mata terbuka, apa sih melamun? Melamun tapi tidak memikirkan apapun.

 

Sesungguhnya aku tidak tau aku mengalami apa. Dibilang stres kok ya aku kalem, depresi jelas bukan. Tapi ada perasaan kosong dan hampa. Pernah aku mencoba mencari passion, apa lah yang mau kukerjakan, tapi tidak ada yang bisa menggugah aku untuk melakukannya. Dan aku mulai mempertanyakan aku hidup untuk apa sih. Kok semua rasanya males kukerjakan.

 

Semacam mager tapi akut. Oke ini bukan situasi yang terlihat urgent, sampai ketika aku suka menangis tanpa sebab. Air mata keluar begitu saja, tapi anehnya hatiku tidak bisa merasakan apapun. Film lucu, jokes, meme tidak bisa membuatku tertawa. Berita seheboh apapun tidak bisa membangkitkan emosi. Tidak ada perasaan sedih, senang, mau marah pun ga ada, datar aja semuanya.


Dan someday tidak sengaja (meskipun aku percaya ini bukan kebetulan), aku menemukan buku berjudul “Numb”. Itu buku isinya aku banget. Ternyata memang ada istilah untuk apa yang aku alami ini. 


Numb dalam bahasa indonesia artinya mati rasa. Semacam perasaan kebas saat dianastesi. Kamu tau saat disentuh, tapi tidak terasa apapun.


Numb itu survival mode. Ketika ada suatu trauma, atau saat alam bawah sadar kita merasa bahwa suatu kejadian terlalu overload untuk dirasakan, maka kita secara tidak sadar masuk ke survival mode. Kita turn off atau mematikan semua feeling atau perasaan kita agar kita tidak merasakan perasaan yang membuat kita tidak nyaman itu.


Hal buruknya adalah, ketika kita sudah terbiasa turn off feeling atau mematikan perasaaan, kita menjadi terbiasa dan merasa nyaman. Pada suatu waktu, bahkan semua perasaan menjadi ikut mati. Bukan hanya perasaan sedih, marah, frustasi, dll yang turn off tapi juga termasuk perasaan senang, semangat, gairah dll. Saat itulah kita merasa kosong dan hampa karena hati kita tidak lagi merasakan apapun. Semacam zombi begitulah.


Itu semua bisa diawalin saat misal sedang menghadapi sesuatu, kita ingin bereaksi tapi harus “kuat” dan berkata “jangan sekarang. Aku akan sedih nanti. Diberesin dulu, aku ga boleh nangis”. Disaat itu,kita mengaktifkan survival mode, menekan perasaan kita dan memilih untuk tidak merasakan.


“Not now, not in front of the kids, I have to be strong.”

“Not now, I don’t want to spend any more time crying about this or being angry about this.”

“This is not worth it, I’m fine.”


Tidak ada yang salah dengan itu. Yang salah adalah saat perasaan itu akhirnya hanya di turn off tanpa diberesin dan dihadapi. Itu seperti kabur dari perasaan. Yang mana sebaiknya seharusnya dihadapi dan healing (disembuhkan).


Disaat semua orang bilang “kamu kuat banget” ntah kenapa aku merasa aku bukan kuat. Aku hanya tidak bisa merasakan kesulitan itu. Aku jalani, aku berusaha lakukan yang terbaik untuk keluargaku, aku mematikan seluruh perasaan, termasuk perasaan lelah, sedih, bosan dll. Dan suatu waktu itu semua overload, dan hatiku benar-benar tidak bisa merasakan APAPUN.


Kalau dalam warna, mati rasa ini warna putih. Merah itu misal amarah, biru itu damai, kuning itu saat senang, pink saat romantis, mati rasa ini warna putih. Dia termasuk dalam feeling atau perasaan, tapi dia tidak menyerap semua warna. Tidak ada satupun warna atau perasaan disitu.


Saat kamu menyadari “oh aku gini ni” well done, itu langkah pertama kita untuk bisa menyembuhkan diri. Bisa ga sih setelah mati rasa gini kita kembali normal? Next di tulisan berikutnya ya


Part 2

 

 

 

Comments

Postingan terpopuler

Mesin Jahit Portable Mini S2 bermasalah? Perbaiki sendiri yuk

Resign dari PNS

[Review] Laneige Water Bank series ~ Trial Kit