Supermom vs Momster
Dulu sewaktu sedang hamil anak pertama, cita-cita saya itu mau jadi supermom. Definisi saya tentang menjadi supermom itu...
* Lahir ASI langsung lancar. Bisa ASIX dari S1-S3. No dot, No sufor. Setelah 2 tahun menyapih dengan cinta (weaning with love - WWL)
Kenyataannya : 3x melahirkan ASI saya baru keluar semua dihari ketiga! Anak pertama saya cuma ASI sebulan. Anak kedua baru bisa ASI sampai 2 tahun. Perjuangan kasih ASI nya udah satu bab cerita sendiri. Adegan dramatisnya banyak. Itupun nyapihnya ga WWL. Pake jerit2 buang-buang badan dikasur minta nen dimalam hari.
* MPASI homemade. Makanan MPASI itu dibuat pake cinta, lebih sehat, higienis, gizinya komplit, mama paling oke deh kalau bisa masak sendiri. Anak makan lahap, gemuk, sehat
Kenyataannya : dulu kalau lagi repot banget dan ga sempet masak tak kasih bubur instan sesekali. Makan bersih tanpa blepotan? Gak pernah tuh 😁
* Homeschooling dong.. ngajarin anaknya sendiri dirumah, lebih terarah, ga terpengaruh sama sifat-sifat dan anak2 nakal diluaran sono
Kenyataannya : Yaelah boro-boro sabar ngajarin homescholling, liat mainan berantakan lagi padahal rumah baru diberesin aja cuit-cuit udah keluar. Ngajarin semua mata pelajaran dirumah?? oowww.. kebayangnya yang ada saya ngoceh-ngoceh gak sabaran, anak-anak ga nurut sama mamanya dan malah makin rusuh loncat sana-sini
* Supermom itu..Kebayang gambar mama-mama lagi pegang sapu, centong, jemuran dan ngerjain semua sendiri sambil mukanya happy kayak gini
Kenyataannya : Saya masih suka pesen makan kalau males masak, saya pakai jasa laundry buat nyetrika baju, kemana-mana masih harus dianterin gojek karena ga bisa nyetir. Kerjaan rumah bisa sih dikerjain semuanya sendiri, tapi ujung-ujungnya budget tukang urut bakal meningkat ntah berapa kali lipat karena (lagi-lagi) saya sakit pinggang.
dan berujung dengan airmata |
*Jadi mama itu harus panjang sabar. Apalagi panggilan bunda, saya tu tiap denger kata bunda yang kebayang itu mama-mama kalem yang sabaaaarrrrrr banget. Tiap anaknya bikin ulah cuma senyum sambil bilang "ehhh anak bunda ga boleh gituuuu hayooo siniiii bunda kasih tau yaaa"
Kenyataannya : saya lebih mirip momster yang siap kecepatan bicaranya boleh diadu dengan kecepatan suara pegi melati sukma harum semerbak sepanjang hari.
* Supermom itu tau kegiatan apa aja yang bagus buat mengisi waktu luang anaknya. Dari mulai melatih sensorik, motorik, sosial, dan lain-lain. Ga kehabisan ide deh buat DIY atau game-game seru dirumah.
Kenyataannya : Kalau udah fatik dirumah, cape pengen istirahat, pengen sebentar ngaso selonjor kaki, saya kasih tuh tablet game meski tetap ada batasan jamnya. Atau saya pasang youtube mereka anteng deh nonton video. Bikin DIY? yeahh.. bisa diitung jari dah berapa kali DIY dalam setahun. 😅
* Supermom itu bangun paling pagi, tidur paling larut. Tapi muka tetap fresh dan cantik.
Kenyataannya : saya bangun bareng anak-anak karena tiap saya bangun sendirian mereka ikut bangun dan nangis2. Jadi untuk amannya saya bangun bareng mereka bangun. Dan terkadang saking capenya, saya bablas tidur lupa nyusuin bayi tapi bayinya juga ga minta sih. Tampang saya kalau lagi kurang tidur itu begini..
* Supermom itu bisa melerai pertengkaran anak-anak dengan bijak, bahasa lembut, santun, menasehati dengan gaya sejajar eyes to eyes katanya.
Kenyataannya : Kalau udah spaneng tingkat dewa, yang ada daripada ngomel-ngomel gak karuan, saya tutup telinga tutup mata, biarlah mereka menyelesaikan pertengkaran mereka sendiri, meski ujung-ujungnya setelah beberapa menit dan ada yang jerit nangis pasti tetap harus saya pisahkan juga sih.
Kamu aja kali yang kurang berusaha? Oh yeah?? Walk on my shoes please! Semakin saya berusaha menjadi supermom, rasanya saya malah semakin menjadi momster. Semakin saya melihat apa yang saya kerjakan, semakin saya tertekan berusaha lebih baik tapi dengan cara yang terlalu dipaksakan. Berusaha membuat MPASI harus mengikuti rules sampai detail-detailnya, mencoba memberi bahan makanan yang susah dicari hanya karena katanya bagus untuk anak, padahal masih banyak bahan lain dengan gizi yang sama dan mudah didapat dipasar. Memaksakan diri untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tapi pada akhirnya anak-anak kurang diperhatikan karena kurang interaksi dan hanya menjadi sasaran omelan karena mama yang lelah. Lelah fisik dan lelah pikiran. Sampai saya menyadari bahwa....
Memaksakan diri untuk menjadi supermom dengan definisi diatas itu hanya membuat saya dan anak-anak tidak sehat. Saya menjadi kelelahan fisik dan beban pikiran harus sempurna, saya tidak sehat jiwa dan raga, berimbas kepada anak-anak yang tidak happy karena situasi rumah tidak nyaman.
Saya belajar bahwa kunci rasa bahagia anak-anak ada pada mamanya. Mama yang mempunyai hati yang bahagia akan membuat anak-anak bahagia. Karena terkadang mereka tidak peduli makanan itu dimasak oleh mamanya atau beli, yang penting mamanya ada untuk menemani mereka makan bersama. Mereka tidak peduli siapa yang membersihkan rumah atau mencuci baju mereka, yang mereka tau mamanya menemani mereka bermain bersama. Mereka tidak melihat mamanya muka penuh kerutan, mata panda, baju daster bau bawang, yang mereka tau mereka senang lihat mamanya dirumah bersama mereka dengan muka happy dan mereka juga ikut happy. Buat mereka mama itu yang paling cantik sedunia.
dan mungkin menjadi supermom bukanlah tentang menjadi mama yang sempurna dalam mengerjakan segala hal, tapi menjadi mama yang selalu ada untuk anak-anaknya, selalu berusaha memberikan yang terbaik dengan hati yang gembira. Lebih bisa menerima kenyataan bahwa rumah tidak akan pernah bisa selalu rapi, menerima kenyataan bahwa boleh kok sekali-kali makan diluar meski ada micinnya, boleh kok sekali-kali leha-leha santai ga bersihin rumah, boleh kok sesekali mandi lebih lama meski anak-anak udah mulai nangis, boleh kok sekali-kali melakukan apa yang mau dilakukan demi mama bisa tetap "waras" dan tetap bahagia.
Dan saya memillih untuk menjadi Happymom. Bukan supermom. Apalagi momster. Tapi Happymom. Happy parenting, moms.. Stay Happy, Stay healthy 😉
Ps: semua ilustrasi diambil dari google
Comments
Post a Comment